Nontogama atau La Lino ? ( Sumbangan Ide Untuk Nama Masjid Agung Kabupaten Bima)

Oleh : Alan Malingi


Bima,Kabaroposisi--Alhamdulillah Pemerintah Kabupaten Bima akan membangun sebuah masjid Agung yang akan menjadi kebanggaan masyarakat Bima. Sekali lagi saya bangga dan semoga ibu Bupati Bima, wakil bupati Bimai, sekda dan seluruh jajarannya mendapatkan aliran pahala yang tiada putus dunia dan akhirat.

Berkaitan dengan nama masjid agung itu, saya mengusulkan dua nama yang bernilai filosofi yang cukup dalam dan akan dikenang oleh generasi kini dan akan datang. Ada dua nama yang saya tawarkan yaitu Nontogama dan La Lino.

Nontogama adalah mushaf alquran tulis tangan yang diperkirakan ditulis pada masa Sultan Abdul Kahir 1(1640M)  atau diperiode awal kesultanan Bima. Nonto berarti jembatam atau titian.Gama adalah agama.Jadi Nontogama adalah titian atau jembatan menuju agama. Nontogama memberikan pesan bahwa alquran adalah jembatam menuju agama islam.Jadi pemberian nama Nontogama pada masjid agung itu dihajatkan agar masyarakat mencintai agama islam, mencintai alquran sebagai pedoman hidup dalam beragama.

Mushaf Nontogama masih tersimpan di Museum Samparaja. Pada surat Al Fatihah dan al-baqarah dipinggirnya dihiasi ornamen Bunga setangkai khas Bima. Ide penulisan Alquran ini sebagai upaya penyiaran Islam pada masa-masa awal masuknya Islam di tanah Bima. Sehingga ayat-ayat suci itu bisa disebarluaskan ke seluruh masyarakat. Hanya inilah Alquran yang ada di Bima pada saat itu dan stategi penyebarluasan isi kitabullah dengan cara menghadirkan rakyat di Asi Mbojo untuk sama-sama mendengarkan lantunan Ayat Suci Alquran dari para ulama dan mubaliq setiap malam Jumat.

La Lino adalah mushaf Alquran yang ditulis oleh syekh Subuh pada pada masa pemerintahan Sultan Bima ke 6 yaitu Sultan Alauddin Muhammad Syah (1731-1748). Mushaf La Lino saat ini menjadi koleksi Museum Baitu Quran TMII Jakarta. La LIno adalah penamaaan yang bernuansa tasawuh. Lino berarti tumpah ruah, memenuhi dan menaungi. Pada intinya Lino adalah ungkapan yang menjurus kepada air dan hamparan samudera yang luas. Lino adalah nama yang mengarah ke air adalah kerangka syariat. Jadi La Lino adalah nama yang berwawasan syariat ( Muslimin Hamzah, Ensiklopedia Bima, 50). La Lino juga adalah bagian dari ekspresi sufistik dan tasawuf yang berkembang pesat di Bima pada abad 17 M.

Menurut para sufi, syariat adalah jalan menuju sumber air.jasmani manusia dan seluruh mahluk hidup membutuhkan air untuk kelangsungan hidupnya. Ruhaninya pun membutuhkan air kehidupan. Alqur’an menguraikan seandainya segala pepohonan yang ada di muka bumi ini dijadikan kalam, dan lautan ditambah tujuh lautan lagi dijadikan tintanya, tak akan ada habisnya kalimat Allah itu. Sungguh Tuhan Maha Perkasa, Maha bijaksana (QS.31: 27).

Penggunaan “air” dalam perjalanan jiwa menuju Tuhan juga sering dilukiskan oleh para penyair sufi ternama seperti jalaluddin Rumi hingga Muhammad Iqbal. Annemarie Schimmel dalam analisisnya terhadap karya Rumi, Diwan mengungkapkan, perjalanan itu akan membawa jiwa manusia ke puncak-puncak “kibriya” yang bercahaya, yaitu keagungan tuhan, dan akhirnya ke’adam’,jurang Zat Ilahi yang tiada batasnya.(Schimmel, dalam Diwan jalaluddin Rumi)

Mudah mudahan salah satu dari  dua nama itu dapat diakomodir menjadi nama masjid Agung Bima.

Bima, 26. Agustus 2019.

No comments

Powered by Blogger.