Skandal Pupuk Terus Bergulir, Ada dugaan Konspirasi Terkait Pupuk Pada Tataran Pejabat Pemkab

Bima,Kabaroposisi-- Seorang Pemuda Barraq Mamone Ismail menuliskan, dirinya menduga ada bau konspirasi di deretan pejabat yang ada di daerah terkait masalah pupuk yang ada di Kabupaten Bima selama ini. Menurutnya, dari tahun ke tahun, persoalan harga pupuk selalu menghantui petani yang ada di Kabupaten Bima dan belum juga menemukan solusi atas persoalan yang langganan terjadi ini.

"Kami menduga Bupati, Sekda, Kadistan dan lembaga-lembaga hukum telah berkospirasi dengan pengusaha/distributor pupuk!," tulis dia pada akun Faceboknya, belum lama ini.

Kata dia, pernyataan Bupati dan Kadistan Kabupaten Bima selama ini sarat dusta. Ia menduga bupati maupun Kadistan tidak pernah menegur secara tegas oknum distributor terkait penjualan pupuk subsidi yang di paksakan berbarengan (paketan) dengan non subsidi.

"Ini terbukti hingga saat ini, praktik edan ini masih berjalan bahkan kian massif. Tadinya non subsidi yang harga Rp180 ribu sekarang lebih gila lagi. Ngak tanggung-tanggung, kali ini harganya Rp320.000/sak. Sinting memang!!," sorot dia.

Menurutnya, negara sudah kasih amanat yang namanya pupuk subsidi. Kalau subsidi itu kata lainnya meringankan beban untuk para petani. Untuk amanat subsidi jenis pupuk urea itu idealnya di bawah Rp100 ribu/sak. Namun fakta di lapangan, yang bersubsidi menjadi bahan komersial dan bagi para pejabat terkait kesannya peduli setan dengan jerit petani.

"Dasar rente penghisap!!," sorotnya lagi.

Dia menduga, Bupati sepertinya lebih berpihak ke para pemodal ketimbang petani.

"Kami menduga, bupati menerima fee dari pengusaha mengingat membandelnya oknum distributor itu. Jika ada teguran dari bupati yang memiliki sebagian kewenangan terkait kebijakan atas soal ini, kami kira pengusaha tersebut akan menghentikan praktik jahat ini. Kami rasa memang terjadi pembiaran," beber pemuda asal Desa Ngali, Kecamatan Belo, Kabupaten Bima.

Hal senada juga disampaikan oleh pemuda asal Kecamatan Lambu. Tobynk Lambu mengatakan, harga pupuk semakin meningkat dan juga harga obat-obat pestisidahnya sekarang sudah membengkak.

"Harga pupuk dan obat terlalu tinggi sementara hasil panen petani murah sekali nilai jualnya. Bagaimana hidup dan nasib petani sekarang. Kapan bisa sejahteranya petani di Bima ini," keluh dia.

Lucunya lagi, kata dia, sekarang pupuk yang non subsidi itu harus diambil oleh petani. Alasan pengecer yang dibawa untuk dijual adalah pupuk yang non subsidi, Dan kata pengecer, hal ini sesuai dengan arahan pihak distributornya.

"Pengakuan pengecer dia ditekan oleh distributor untuk menjual pupuk yang non subsidi kepada petani saat ini. Dan rata-rata petani kalau beli yang bersubsidi juga harus membeli pupuk yang non subsidi. Kondisi ini sangat menekan dan merugikan petani yang ada sekarang," terangnya, Jum'at, 23 Agustus 2019.

Di tempat yang berbeda, Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan dan Holtikultura Kabupaten Bima maupun Bupati Bima masih diupayakan untuk dikonfirmasi terkait keluhan dan tudingan pemuda dalam pemberitaan ini.(koo1)

No comments

Powered by Blogger.