Polemik Patung Arca di Wane, Eksistensi "Jena Teke" Dipertanyakan

foto:Arizki Arahmansyah, Mahasiswa Bima Di Mataram, 29-10-2019.
MATARAM,Kabaroposisi--Sejatinya patung dibuat hanyalah sebagai simbol. Ada juga yang membuatnya demi mengenang sebuah sejarah. Bahkan bagi agama tertentu, patung sebagai media keagamaan yaitu sarana dalam pemujaan Tuhan. Namun pemahaman dan keyakinan setiap orang tentu berbeda-beda. Apalagi pemahaman tentang budaya dan agama. 

Seperti yang terjadi di Kabupaten Bima. Tepatnya di pantai Wane Desa Dolotangga Kecamatan Monta. Keberadaan beberapa patung arca di Wane sontak mengagetkan masyarakat setempat. Apalagi itu menyangkut sebuah simbol kebudayaan agama lain.

Masalah ini menjadi polemik ditengah masyarakat Bima. Bahkan banyak yang tidak sepakat dengan keberadaan patung-patung tersebut. Pasalnya, patung tersebut sangat bertolak belakang dengan ideologi masyarakat Bima. Apalagi masyarakat Bima bermayoritas agama islam.
Berbagai asumsi mulai  bermunculan. Hingga "Jena Teke" dipertanyakan eksistensinya. Sebagai kesultanan Bima, tentu dia harus bertanggung jawab. Apalagi menyangkut adat, budaya, serta agama.

Seorang Mahasiswa Bima Mataram Arizki Arahmansyah mempertanyakan fungsi Jena Teke. Ia menilai, persoalan ini merupakan tanggung jawab kesultanan Bima atau Jena Teke. Apalagi itu menyangkut ras, budaya dan agama. "Sebagai kesultanan Bima atau Jena Teke yang sudah dinobatkan, Yandi harus segera bersikap, jangan sampai timbul gejolak yang lebih parah, sehingga mengancam instabilatas wilayah Kabupaten Bima," ujar mahasiswa Hukum tersebut kepada media ini, Selasa (29/10).

Dia berharap Feriyandi sebagai Jena Teke sekaligus Ketua DPRD harus tunjukan kredibilitasnya. "Jena Teke harus segera bersikap kalau memang dia betul seorang Kesultanan,  segera turun tangan menyelesaikan masalah ini, dia tidak boleh berlarut dalam kesibukannya sendiri," tegasnya. .Dia berharap, Jena Teke atau Sultan Bima harus mengantisispasi dampaknya.

Kata dia, oknum yang mendirikan mendirikan patung tersebut bentuk harus pertimbangkan dengan keadaan wilayah. Apalagi wilayahnya bermayoritaskan islam. "Kalau memang patung itu dibuat untuk kepentingan pribadi, sah sah saja, tapikan harus berkoordinasi dulu dengan tokoh masyarakat, tokoh agama, serta tokoh adat supaya tidak gaduh seperti ini karna dibuat secara tiba-tiba," tuturnya.

"Maaf ya, bukan menginterfensi hak seseorang, apalagi menyangkut ideologi agama seseorang, tapi caranya yang salah, kenapa membuat kaget banyak orang, mestinya harus melalui izin masyarakat sekitarnya dulu," pintanya.

"Dengan konstalasi sekarang yang sedang berkembang, Jena Teke harus tunjukan sikapnya, segera melakukan penetrasi, agar tidak merambat lebih besar lagi," harapnya.(koo4)

No comments

Powered by Blogger.