Selamatkan Amahami Dari Tumpukan Sampah

Oleh Zakaria (Mahasiswa Pendidikan Biologi STKIP Bima)

Bima,Kabaroposisi--Masalah sampah adalah masalah semua yang hidup. Menurut data Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, bahwa ditahun 2016 Indonesia memproduksi sampah hingga 65 juta ton, sekarang meningkat 1 juta ton dari produksi sebelumya. Ibu Siti Nurbaya mengatakan sampah yang dihasilkan berdominan sampah organic mencapai sekitar 60 persen dan sampah plastik mencapai 15 persen dari total timbunan sampah, data ini menunjukkan dalam 10 tahun terakhir banyaknya sampah plastic yang terus meningkat terutama di daerah perkotaan, apalagi jika tidak kelola dengan hingga menjadi sumber pencemaran lingkungan (Kompasiana, 2019). 

Permasalahan yang sama terjadi dilingkungan Kota Bima lebih khusunya daerah Amahami sebagai salah satu sentral wisata dan jual beli sembako masyarakat Kota Bima. Dikaji dari lokasi keberadaan, daerah Amahami merupakan daerah sentral yang berada sepanjang jalan litas provinsi yang hampir 24 jam dilewati dalam berbagai aktivitas kehidupan serta disepanjang jalur terbentang daerah lautan lepas (pantai amahami) serta disediakan taman dipinggir pantai yang menambah panorama keunikan kota Bima dibandingkan kota/daerah lainnya dan menjadi daerah yang ramai dikunjugi orang. 

Kenyataan yang tak bisa dipungkiri bahwa yang hidup bukan hanya manusia tetapi masih banyak makhluk hidup lain disekitarnya yang perlu dijaga kelangsungan hidupnya, baik yang berada dilaut, darat maupun di udara, manusia sejatinya adalah makhluk hidup yang diamanatkan oleh pencipta untuk melestarikan segala mahkluk hidup selain dirinya, namun fakta dilapangan justru berbanding terbalik dengan amanah yang diemban, hal ini juga berlaku bagi masyarakat Kota Bima yang masih membudaya dengan membuang sampah tidak pada tempatnya, lebih khusunya daerah Amahami sebagai salah satu sentral wisata dan jual beli sembako masyarakat Kota Bima.
foto: Sampah Berserakan Di Amahami.
Setiap hari Taman Amahami dan Pasar Amahami ramai akan pengunjung dengan berbagai aktivitas dan tujuan yang akan dapat menyisahkan sampah baik organik maupun anorganik disekitar lingkungan tersebut dan bahkan ada yang sengaja membuang langsung ke laut. Kurangnya kesadaran akan lingkungan sehat serta kebiasaan yang membudaya membuang sampah sembarangan sampai ke generasi selanjutnya sehingga semakin hari tumpukan sampah di Amahami semakin bertambah walaupun telah di sediakan tempat sampah pada tempat tersebut serta papan larangan tidak membuang sampah dilaut. 

Menyelamatkan Amahami dari tumpukan sampah adalah tugas kita semua bukan serta merta hanya tugas pemerintah kota atau intansi/lembaga tertentu, tetapi semua elemen masyarakat Kota Bima mulai hari ini sampai seterusnya harus sadar lingkungan dan peka terhadap kebersihan lingkungan sebab segala hal yang kita lakukan hari ini punya efek untuk hari esok. Menurut penulis langkah efektif dan efisian untuk menyelamatkan Amahami adalah yang pertama menyadarkan masyarakatnya lewat SPL (sosialisasi dan pendidikan langsung) dan menyediakan SDM yang berkualitas sebagai garda depan dibidang lingkungan Kedua : DENDA, dalam arti setiap masyarakat secara umumnya, Kota Bima khususnya yang didapati membuang sampah tidak pada tempatnya (tong/drum/TPA) akan didenda sesuai jumlah serta kadar bahannya terhadap lingkungan, bahkan dipenjara jika berulang kali melanggar kebijakan pemerintah. Kedua hal tersebut sangat diharapkan dapat direaliasikan baik lebih digiatkan lagi kegiatan yang telah diprogramkan dan menyusun alternatif lain dalam mendukung Kota Bima bersih dan Amahamipun terselamatkan dari tumpukan sampah.

Berdasarkan data yang penulis peroleh bahwa upaya pemerintah kota Bima dalam mengupayakan kota Bima Jauh dari sampah adalah program “BIMA MATOROA” dengan menargetkan program ini sampai Tahun 2025 mendatang Kota Bima akan bersih namun bagi saya hal ini tak ada bedanya dengan slogan “BIMA RAMAH” yang tidak sesuai dengan fakta sosial Kota Bima saat ini, sejalan dengan hal itu data yang bersumber dari KBRN Kota Bima bahwa Pemerintah Kota Bima, Nusa Tenggara Barat, mulai kelabakan dalam melakukan penanganan sampah di Kota berjuluk Tepian Air ini. Produksi yang mencapai 70 ton sehari, pengolahan TPA (Tempat Pembuangan Akhir) ketersediaan lahannya masih kurang, minimnya inovasi pengolahan sampah yang tersedia  dan ketaantan warga menjadi kendala. Ini membuktikan bahwa masalah sampah adalah masalah besar lingkungan di kota Bima yang tidak akan bisa terputus mata rantainya jika hanya dititik beratkan ke pemerintah tanpa adanya kepedulian pada masing-masing individu. Tumbuhkan rasa memiliki dan cinta lingkungan, karena terwujudnya lingkungan yang bersih akan terwujud juga budaya hidup sehat serta terciptanya kota Bima ramah terhadap penghuni dan pendatangnya serta religius dari pribadi yang cinta kebersihan. 

Yakin dan percaya dua sampai tiga tahun kemudian kebiasaan buang sampah sembarangan akan hilang dengan sendirinya dan masyarakat senantiasa menjaga lingkungan tetap bersih dan nyaman, Kota Bima bersih Amahami sebagai ekowisata terjaga dan pasar aman dari sampah dan bau tak sedap. Semoga bermanfaat.(**)



No comments

Powered by Blogger.