Perang Tagar, semiotika verbal yang gagap!

*Ashar S Yaman

Bima,Kabaroposisi.Com--Tagar cou nggomi bergema di dinding-dinding FB, berdampingan dengan Tagar Aina pakaro, satu penegasan sikap, bahwa ada diksi kelas dalam narasi politik yang ingin dibangun, cara pendukung petahana merespon satire oposisi "Cousi Nami Ake" Dan jajamide kelas Paria di sosial media, justru dihadapkan dengan arogansi naratif #Counggomi

Protes naratif Netizen terhadap Nasari "Aina Pakaro" didepan pengunjuk rasa desa Timu,akhirnya direspon dengan #Counggomi, kesombongan naratif, menempatkan siapapun dalam pertanyaan "Kamu Siapa?"

"Cousi Nami Ake" kita ini siapa, digaungkan sekelompok anak muda, menggugat kemapanan politik kelas berkuasa, justru sedang dihadapkan dengan arogansi, adigung Adiguna, mempreteli segenap atribut kelas marginal dihadapan kelas berkuasa, justru di balas dengan narasi keras #Counggomi.

Pertandingan satire ini, menjadi sesuatu yang menarik, untuk mencermati politik identitas yang sedang atau tengah dimainkan, meski pada akhirnya kelas berkuasa membalas dengan #counggomi sebagai mekanisme Self Devence system, sekaligus menjadi penanda bahwa kelas berkuasa sedang terpojok oleh gerakan protes jalanan, dan protes narasi yang semakin masive.

Pernyataan,Akhirnya kami melawan dengan Satire "Cousi Nami Ake", menemukan ruang eksistensi sebagai cara melawan generasi milenial, melabrak semua kemapanan nilai struktural dan kultural, "cousi Nami Ake"  sekaligus mempertegas jurang hubungan antar kelas yang tengah mengalami dekadensi moral.

#Coumggomi kemudian mempertegas posisi oligarkhi didalam masarakat, masarakat yang terpolarisasi dalam petak-petak kelas sosial, dan dengan sombong #counggomi diucapkan dalam satu perayaan gegap Gempita politik identitas, dihadapan raja, bangsawan dan oligarkhi Sudra itu bebal dan hina.

#Counggomi, isyarat agar kamu diam, agar kamu tahu diri, bahwa Sudra, jangan bertanya, jangan protes, karena kuasa narasi ada ditangan kekuasaan. Kuasa kebenaran ada ditangan penguasa, maka Sudra harus dibungkam dengan #counggomi

Jajamide Sudra, akhirnya menggoyang jagad narasi sebagai satu pertandingan kelas naratif, meski dengan bumbu kekerasan verbal, tetapi harus dimaknai sebagai Psy war (perang psikologi) sebagai tanda, ada batasan kelas didalam masarakat kita, kelas itu kemudian pemerintah dan yang diperintah, penguasa dengan yang dikuasai, menjadilahb #jajamide sebagai penanda kelas yang diperintah.

#counggomi Vis a Vis #cousinamiake apakah hanya sebatas kekerasan verbal atau akan menjelma menjadi penanda awal, bahwa demokrasi pilkada akan menjadi ajang pertarungan vandalisme, kekerasan verbal sebagai pintu masuk pada kekerasan budaya.(***)

No comments

Powered by Blogger.