PT. SUL Dituding Sebagai “Dalang” Atas Anjloknya Harga Jagung Petani

foto: M.Saleh,SH Warga Desa Bolo.
Bima,KABAROPOSISI.Com--Anjloknya harga jual Jagung kering milik para petani menambah pilu derita yang dialami masyarakat. Getirnya hidup seolah tak berkesudahan dengan semakin masivnya penyebaran virus ganas nan mematikan Covid-19 membuat rakyat terancam keselamatan jiwanya. Yang bukan hanya karena Covid-19, namun ancaman kelaparan akibat kesulitan ekonomi.

M. Saleh, SH sala satu tokoh masyarakat yang ada di Madapangga memaparkan, ada operasi terselubung dari para “Mafia” atas anjloknya harga jual Jagung hasil panen para petani. Dan salah satu pihak swasta yang diduga kuat ikut bermain turut andil dalam menjolimi para petani tersebut adalah Perusahaan Sentosa Utama Lestari (PT.SUL) yang bergerak dibidang pengeringan Jagung .

Perusahaan besar yang berdiri megah serta beroperasi di desa Bolo kecamatan Madapangga kabupaten Bima tersebut merupakan pembeli utama Jagung para petani yang ada di kabupaten dan kota Bima. PT. SUL pun merupakan sala satu perusahaan pengeringan Jagung terbesar yang ada di wilayah NTB.

Sebagai perusahaan swasta yang memiliki modal ratusan milyar, memiliki koneksi dengan pejabat dan pengendali kekuasaan, ia dengan mudah berkonspirasi dengan pihak pihak lain untuk mengatur harga beli Jagung dari para petani. Termasuk mematok harga murah untuk meraup keuntungan yang besar dan berlipat dengan memanfaatkan kondisi sulit seperti sekarang ini.

“Penjajahan ekonomi semacam ini telah diprediksi sebelumnya, serta bakal terjadi. Dan hal itu telah berlaku didepan mata kita.
Kemarin awal bulan April, petani menjual Jagung kering mereka kepada PT. SUL Rp. 3.600 per/Kg. Namun di akhir bulan yang sama harga jualnya anjlok pada kisaran Rp. 3.025 Per/Kg.

Ini sangat aneh, mengingat harga minyak yang menjadi acuan akan harga kebutuhan lain tidak naik, bahkan pada level dunia harga minyakpun turun terpengaruh akibat Covid-19. Seharusnya harga beli PT. SUL kepada masyarakat dinaikan bukan malah anjlok seperti ini, papar mantan aktifis mahasiswa tersebut.

Sebagai perusahaan swasta yang memiliki modal besar, seharusnya PT. SUL memiliki kepekaan dengan turut membantu masyarakat yang mulai terancam kelaparan seperti kondisi sekarang, ini malah sebaliknya. Dan perusahaan macam ini tidak layak berada di wilayah Madapangga terutama di desa kami, ujarnya.

Iapun mempertanyakan sikap pemerintah desa (Pemdes) Bolo yang tidak peka memperjuangkan hal ini dengan melakukan hering terbuka dengan pihak perusahaan untuk mempertanyakan keluhan para petani Jagung. “Saya telah sampaikan hal ini kepada bapak kepala desa Bolo, namun tidak ada tindak lanjutnya” saya merasa kecewa, papar M. Saleh kepada media ini di RSUD Bima saat ia mengunjungi tetangganya yang dirawat, Jumat malam (1/5).

Sementara itu, direktur utama PT. SUL yang coba dikonfirmasi terkait tudingan kalau merekalah dalang dibalik anjloknya harga Jagung petani,  tidak bisa dikonfirmasi karena sibuk. (K002)

No comments

Powered by Blogger.