Petahana Harus Kerja Keras Mengembalikan Kepercayaan Publik

*Ashar S Yaman 
PA GmnI NTB

Bima,KABAROPOSISI.Com--Trush (kepercayaan), yang hilang dari IDP itu kepercayaan publik terhadap moral kepemimpinannya yang dinilai tidak memihak kepada kepentingan rakyat diarus bawah, trush itu kemudian diperparah oleh jarak kebudayaan yang dibuat oleh IDP dengan massa pemilihnya tahun 2015, baru dikunjungi 4 tahun kemudian menjelang Pemilukada 2020,untuk itu banyak memanggilnya politisi ilmu "Kelelawar" datang ke kekebun pada saat mangga sedang ranum, stigma dan pelekatan politik "Kelelawar" kepada IDP oleh sebagian masarakat itu menunjukkan ada kepercayaan yang mulai luntur, mengembalikan dan memulihkan kepercayaan publik tidak cukup waktu 3 bulan ini bagi IDP, sebenarnya yang berat bagi IDP sebagai calon petahana itu bukan meyakinkan kan publik bahwa ia sukses mendapat WTP dalam 3 tahun terkahir atau ada peningkatan APBD setiap tahun tetapi mengembalikan kepercayaan publik, meskipun ada banyak kode rahasia yang dibawa angin bahwa 30% APBD dikunci oleh kementrian keuangan sebagai pinalti, istilah pinalti dalam dunia akuntasi itu apa? 

Wajah kekuasaan yang blepotan make up, pencitraan, simpati dan empati palsu, pada kanal yang diakui atau tidak diakui oleh IDP sebagai tim atau sekedar relawan tanpa diketahui, teriakan prestasi WTP, teriakan naiknya angka APBD menggema bersahutan, bergelinding didinding-dinding Face Book, seakan-akan WTP dan Naiknya APBD setiap tahun itu prestasi IDP, padahal WTP itu kewajiban moral dan etis kepala daerah, lagian apa yang tidak bisa dikomunikasikan dengan auditor, untuk selembar kertas WTP dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), banyak kepala daerah direpublik ini terjerat skandal penyalahgunaan keuangan negara juga berkali-kali dapat penghargaan WTP (wajar Tanpa Pengecualian) dari BPK, APBD naik setiap tahun, sepertinya kita harus bicara data deh, jumlah populasi, luas wilayah, jumlah desa dan kecamatan kabupaten Bima, APBD kabupaten Bima gak ada apa-apanya dibanding APBD kota Bima, sanjungan pemuja IDP bahwa bupati berprestasi dalam 2 hal itu, kayaknya perlu cek data dan fakta empiris.

Kemarin saya jalan-jalan ke kecamatan Sanggar, diwilayah Dompu saya menikmati ruas jalan yang rata dan bagus, melewati perbatasan bima dan Dompu, masuk desa mpolo, jalanan berlobang dari mulai masuk wilayah kabupaten. Bima sampai di cabang kambu, yang menyayat hati, ada 2 bangunan sekolah menengah pertama (SMP)  yang hampir ambruk, disebelah kanan ada Baligo almarhum mantan bupati Bima dan istrinya, dihadapannya tepat jalanan berlobang, sementara dikanal resmi pemerintah dan saluran media sosial relawan dan pendukung petahana, secara masive dipropagandakan kesuksesan IDP sebagai calon petahana membangun infrastruktur daerah, apa yang digabungkan dengan fakta  tidak sama, apa yang diucapkan dengan perbuatan tidak selaras, kepalsuan macam ini, diucapkan berkali-kali dan berulang diruang publik, apalagi tujuannya jika bukan mengelabui pikiran massa.

Politik modern itu soal trush (kepercayaan publik) jangan suka bicara ngarang dalam mengendorse calon yang didukung dalam pilkada, sesuaikan dengan fakta dan data lapangan, jika ada upaya counter opinion dari lawan kan bikin malu junjungan tuh.

Saran saya seh lebih baik tim dan pemikir disamping petahana, menyarankan kepada calon petahana agar berusaha semaksimal mungkin mengembalikan kepercayaan publik kepada dirinya, membayar semua janji politik 2015 dan mulai menata ulang setiap relasi yang buruk atas kealpaan IDP terhadap tim dan pejuang politik pemenangan 2015 yang hari ini melakukan hijrah massal mendukung SYAFAAD 

Migrasi besar-besaran Tim pemenangan ring 2 dan 3 IDP dalam pilkada 2015 menunjukkan adanya persoalan serius dalam tubuh Politik IDP, ada persoalan trush (kepercayaan) yang hilang, eksodus dan desersi itu terjadi karena hilangnya kepercayaan moral prajurit kepada pemimpinnya, ada apa? IDP harus meramu dan mengambil alih komando dalam pengarahan dan Koordinasi Tim pemenangan sosmed maupun dilapangan, agar blunder politik itu tidak menyerang balik IDP, pilkada justru menjadi Medan laga yang tidak imbang antara SYAFAAD melawan IDP, karena sumber daya manusia disekitar IDP yang tidak bisa bergerak didunia Riel dan fakta-fakta empiris.

Saya tidak sedang menghina kelemahan  calon petahana secara naratif, saya menyarankan kepada petahana agar kelemahan dan kekurangan dari metode dan cara propaganda tim dan relawan, agar disesuaikan dengan data dan fakta, sehingga kepercayaan publik yang sudah redup kepada IDP sejak 3 tahun kepemimpinan, perlahan-lahan bisa dipulihkan, meskipun itu agak terlambat, minimal ada upaya dan usaha IDP mengembalikan keterpurukan citra dari sisi Trush (kepercayaan) publik.

Rendahnya tingkat kepercayaan publik terhadap IDP itu bisa dilihat dengan data-data statistik, itu pun jika tim dan pendukung petahana percaya pada metode politik  ilmiah, tingkat kepuasan publik atas kinerja pemerintahan IDP yang rendah berimplikasi pada trush (kepercayaan) publik pada pemerintah, konsekwensi dari rendahnya tingkat kepercayaan akan berujung pada kekalahan calon petahana Desember mendatang, meskipun dikembangkan upaya kualitatif dari banyak pendekatan politik untuk meyakinkan publik akan ketangguhan petahana, sektor formal maupun sistem pemilu, namun soal trush (kepercayaan) adalah satu-satunya penentu menang kalah dalam politik, kasus foto dan Vidio digital ketua DPRD menambah runtuh kepercayaan publik, siapa yang harus disalahkan publikkah? Hmmm mereka itu meng Aku dirinya sebagai simbol moral dan kuasa otoritas, beursahalah dengan waktu yang tersisa untuk merebut simpati dan kepercayaan publik yang runtuh dalam periodesasi kepemimpinanmu.(***)

No comments

Powered by Blogger.