Petani Jagung Menangis Tatkala Harga Anjlok, Pemerintah Tak Ada Solusi Laskar Tani Donggo Soromandi Akan Aksi

foto: Afdal Siregar Ketua HIMASDOM Suku Donggo Bima Dompu. 
Bima,KABAROPOSISI.Com--Para petani jagung saat ini menangis dengan anjloknya harga jagung. Mirisnya lagi pemerintah hanya diam diri, lebih lebih pemerintah daerah kabupaten Bima, Demikian disampaikan Afdal Siregar Mahasiswa Hukum UMM Mataram ini pada media ini, Senin (1/6/2020).

"Petani telah banyak berbuat, tak perlu kita menanyakan hasilya apa. Petani memilih caranya sendiri untuk menyelamatkan Negeri ini dari kelaparan dan kemiskinan," terang ketua HIMASDOM suku Donggo Bima Dompu.

Menurut dia, Para petani tak pernah mengenal lelah, di musim yang beda petanipun menggarap hal yang berbeda, mulai dari musim hujan-musim panas. Tidak ada yang melenceng untuk di istilahkan petani sebagai ''Tulang Punggung Negara'', akan tetapi tatkala mereka butuh bantuan pemerintah hanya diam saja," ujar Afdal Siregar.

Namun Pemerintah enggan meliriknya, malah memilih bermadu kasih dengan kaum elitis. Ini terbukti dan sangat di sayangkan melihat kebijakan pemerintah Indonesia yang tertuang dalam Permendag RI tentang acuan harga yang menetapkan 3.150/kg, sangat menyedihkan," ungkapnya.

Melihat permasalahan ini dirinya yakin, demi ibu dan bapak, demi petani dan kemuliaan Bangsa ini, saya yakin Pemuda Donggo Soromandi yang tergabung dalam barisan Laskar Tani Donggo Soromandi akan masuk dalam barisan. 

"Penghinaan terbesar terhadap petani adalah kita menjadi penonton, anak menonton ibu/bpknya di jarah, di hina dan diperkosa hak-haknya," katanya.

Dirinya juga tegaskan, Sungguh malu kalau saat ini jadi mahasiswa buta mata dan hati, sungguh malu saya jadi mahasiswa kacung birokrasi, sungguh malu saya jadi mahasiswa yang tak bisa bersuara untuk melawan tirani, sungguh malu saya membiarkan airmata, keringat ibu/bapak tak di hargai" papar Afdal Siregar selaku ketua Himasdom ini.

Mirisnya lagi, kita sudah lama berharap pada wakil rakyat (DPRD Kab. Bima), mereka mandul terutama dapil Kecamatan Donggo, Soromandi dan Sanggar. Mereka sudah biasa di atas awam jelas tidak mau menyentuh Bumi," terangnya.

"Ayolah teman-teman lihat bagaimana ibu dan bapak kita berada di lereng gunung, di kejar hujan dan badai, di sambar petir, di kupas kulitnya, hidup dalam tekanan. Selama itu, ibu/bapak kita tidak pernah tenang, dalam pikiranya di bebani perasaan ketakutan: takut gagal panen, takut hujan gak turun, takut, badai tak berlalu, takut gak bisa tebus bank, takut gak bisa bayar hutang, takut gak bisa membiayai sekolah kita, takut gak bisa memberi kita makan, takut gak bisa membeli pakaian kita, aksesoris kita," ajaknya.

Dirinya yakin Laskar Tani Donggo Soromandi merupakan pemuda yang tau isi hati petani, siap membela petani. Saya tak bisa bayangkan jika persatuan pemuda Donggo Soromandi dari Timur hingga Barat menggemuruh dan menggelora, sama-sama meneriaki dan mewakili ibu/bapaknya, maka bisa di pastikan kantor Bupati Bima akan di duduki. Semoga Perjuangan ini di ridhoi olehnya,"  amin ucapnya diakhir katanya.(KO.O6)

No comments

Powered by Blogger.