Empat Abad Harapan, 1624 awal Dari Penjajahan
Bima, KabaroposisiNtb. Com_ Pernah kita mengalami satu peristiwa kelam dalam sejarah perjalan kita sebagai bangsa Mbojo, diawal abad XVI pada saat bangsa berbentuk kerajaan, perselisihan antara LA Kai dan Salisi, meskipun ada pro-kontra apakah sejarah yang ditulis dalam Bo Sangaji kai itu ditulis sebelum peristiwa berdarah pembunuhan ma mbora di mpori Wera dan pengejaran La Kai kemudian membangun masjid Kalodu sebagai basis penyiaran Islam pertama, atau ditulis oleh pemenang pasca deklarasi 1624 perubahan bentuk negara dari kerajaan menjadi kesultanan, terlepas dari narasi "SEJARAH DITULIS OLEH PEMENANG" bo Sangaji kai memang sukses menjadikan sejarah Mbojo sebagai sejarah hegemonik referensi tunggal atas kebenaran.
Awal abad XVI kekalahan Salisi dalam perang menghadapi Koalisi La Kai dengan Kesultanan Gowa adalah mula-mula sejarah ditulis sebagai sejarah peradaban Islam, setidaknya ini terus digaungkan oleh sejarawan pemangku adat dalam banyak literatur, tunggal dan hegemonik sebagai sebuah narasi.
Perang di Sila antara Salisi melawan La Kai dengan Komandan Tempur Karaeng Bonto Marannu, bukanlah perang biasa yang hanya dibaca sebagai upaya sistematis La Kai dalam merebut kekuasaan di tangan Kakaknya, tetapi adalah sebuah konspirasi politik Gowa lewat proxynya La Kai memperluas wilayah kekuasaan. Huru hara diantara pangeran mahkota sebelum pelarian La Kai ke Gowa adalah kronik politik yang tidak utuh dicatat sebagai referensi sejarah.
Salisi dianggap sebagai Raja yang tidak sah, ia dianggap sebagai penghianat (Bo Sangaji Kai) ia harus disingkirkan lewat politik diplomasi atau perang penaklukan, Salisi harus dihilangkan dari narasi, dan semua pendukung La Kai harus menyebarkan propaganda "Salisi adalah penghianat" kalimat ini ditulis dan diucapkan 400 tahun lamanya tanpa keadilan dan referensi pembanding.
Tibalah kita pada 27 November 2024, sejarah yang dibungkam 400 tahun bicara meski dengan terbata-bata, La Kai kembali diusir dari istana, semua orang dituduh penghianat, sama persis seperti sejarah menuduh Salisi penghianat, tiap sudut rakyat merayakan kemenangan, berpesta, dikepala mereka ada harapan, bahwa kejayaan akan segera tiba, kemakmuran akan segera tiba, kemiskinan akan segera dienyahkan oleh dia yang memimpin rakyat mengusir La Kai dari "Istana", sejuta mimpi yang dipendam dalam 20 tahun perlawanan, 400 tahun penindasan dan ekploitasi lebur dalam haru biru perayaan ini adalah pembebasan ini adalah kemenangan rakyat miskin dan tertindas, ini adalah kemerdekaan.
Dipikiran rakyat kini tumbuh harapan sekaligus ketakutan, harapan bahwa derita kemiskinan, pengangguran, penindasan dan eksploitasi akan berakhir, kecemasan La Kai akan datang dengan kekuatan lebih besar merebut dan merenggut harapan itu kembali, setelah upaya merdeka dari cengkraman keluarga sultan direbut dengan segala tenaga dan upaya, kemerdekaan ini tidak boleh hilang, maka kewaspadaan harus ditingkatkan, kerja politik harus dijalankan, kesadaran rakyat harus dipertahankan, mereka tidak boleh kembali bahkan berpikir untuk kembalipun jangan ijinkan, cukuplah 4 abad penderitaan.
Harapan ini bergemuruh disetiap sudut negeri Mbojo, menggema, bersahutan, mungkin juga sudah sampai ketelinga Ady -Irfan, perubahan yang digaungkan harus menjelma menjadi nyata, perubahan tatanan sosial, ekonomi, politik harus dijalankan, peradaban harus dibangun dengan segala daya dan pikiran, Hope adalah suara hati yang terekspresi menjadi tindakan, ada arak-arakan menderap semangat, ada musik menggema melepas ketegangan politik, inti dari semua itu adalah harapan.
Kami adalah prajurit yang mengaungkan ide perubahan sampai ide ini dipahami oleh rakyat sebagai senjata perjuangan, kami adalah prajurit yang terus berkata-kata dan menulis agar kesadaran massa terbentuk, kini tibalah kita untuk menyingkirkan toxic mistifikasi dan doktrin feodalisme, ini adalah kemenangan rasionalitas kelas terdidik melawan logika mistika kesultanan, ini adalah kemenangan dari meritokrasi, kemenangan atas pembodohan dan dimiskinkan secara sistematis oleh regim Kesultanan.
Ady-Irfan harapan itu ada di dada 57% rakyat, tugas sejarah mu adalah bekerja menjadikan harapan itu nyata, meski tidak semua mimpi terkabul, tetapi kalian harus berbeda, bangunlah peradaban dengan pikiran agar selaras perubahan jaman, bangunlah dengan keberpihakan pada rakyat yang lemah agar mereka berdaya, memihaklah pada mereka yang miskin karena tuhan bersama mereka.(RED)
No comments