Tersingkapnya Betis Bidadari
Foto: Ilustrasi (Sumber: diarihati.com) |
Pada zaman Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi wa’aali wasallam, hiduplah
seorang pemuda yang bernama Zahid, yang berumur 35 tahun, namun belum juga
menikah. Dia tinggal di Suffah (teras) masjid Madinah. Ketika sedang mengasah
pedangnya, tiba-tiba Rasulullah SAW datang dan mengucapkan salam. Zahid kaget
dan menjawabnya agak gugup.
“Wahai saudaraku Zahid…, selama ini engkau sendiri saja,” Rasulullah SAW
menyapa. “Allah bersamaku ya Rasulullah,” kata Zahid, sambil tertunduk tak
kuasa melihat kharismatik wajah Beliau.
“Maksudku kenapa engkau selama ini membujang saja, apakah engkau tidak
ingin menikah…,?” Tanya Rasulullah SAW. Zahid menjawab, “Ya Rasulullah, aku ini
seorang yang tidak mempunyai pekerjaan tetap dan wajahku tak tampan, siapa yang
mau dengan diriku ya Rasulullah?”. “Asal engkau mau, itu urusan yang mudah,” kata
Rasulullah SAW sambil tersenyum.
Kemudian Rasulullah SAW memerintahkan Sahabatnya untuk membuat surat
yang isinya adalah melamar wanita yang bernama Zulfah binti Said, anak seorang
bangsawan Madinah yang terkenal kaya raya dan terkenal sangat cantik jelita. Setelah
surat itu selesai ditulis, maka Rasulullah SAW memberikan surat tersebut kepada
Zahid dan memerintahkan agar segera mendatangi rumah Said dan menyerahkan surat
lamaran tersebut kepadanya.
Disebabkan di rumah Said sedang ada tamu, maka Zahid setelah memberikan
salam kemudian memberikan surat tersebut dan diterima di depan rumah Said. “Wahai
saudaraku Said, aku membawa surat dari Rasulullah SAW yang mulia diberikan
untukmu saudaraku.” Said menjawab, “Wah, ini adalah suatu kehormatan buatku.”
Lalu surat itu dibuka dan dibacanya. Ketika membaca surat tersebut,
Said agak terperanjat karena tradisi Arab perkawinan yang selama ini biasanya
seorang bangsawan harus kawin dengan keturunan bangsawan dan yang kaya harus
kawin dengan orang kaya. Akhirnya Said bertanya kepada Zahid, “Wahai saudaraku,
betulkah surat ini dari Rasulullah?” Zahid menjawab, “Apakah engkau pernah
melihat aku berbohong.”
Dalam suasana yang seperti itu Zulfah datang dan berkata, “Wahai ayah,
kenapa sedikit tegang terhadap tamu ini…, bukankah lebih baik di persilahkan
masuk?” “Wahai anakku, ini adalah seorang pemuda yang sedang melamar engkau
supaya engkau menjadi istrinya,” kata ayahnya. Di saat Zulfah melihat Zahid,
sambil menangis ia berkata, “Wahai ayah, banyak pemuda yang tampan dan kaya
raya semuanya menginginkan aku, aku tak mau dengan dia ayah..!”
Zulfah merasa dirinya terhina. Maka Said berkata kepada Zahid, “Wahai
saudaraku, engkau tahu sendiri anakku tidak mau…, bukan aku menghalanginya dan
sampaikan kepada Rasulullah SAW bahwa lamaranmu ditolak.”
Mendengar nama Rasul disebut ayahnya, Zulfah berhenti menangis dan
bertanya kepada ayahnya, “Wahai ayah, mengapa membawa-bawa nama Rasulullah?” Akhirnya
Said berkata, “Lamaran kepada dirimu ini adalah perintah Rasulullah.”
Zulfah kaget kemudian beristighfar beberapa kali,
أَسْتَغْفِرُ اللّٰهَ
الْعَظِيْمَ...أَسْتَغْفِرُ اللّٰهَ الْعَظِيْمَ...أَسْتَغْفِرُ اللّٰهَ الْعَظِيْمَ...
Ia menyesal atas
kelancangan perbuatannya itu. Seketika ia berkata kepada ayahnya, “Wahai ayah,
kenapa tidak sejak tadi ayah berkata bahwa yang melamar ini Rasulullah SAW,
kalau begitu segera aku harus dinikahkan dengan pemuda ini.
Karena aku ingat Firman Allah dalam Al-Qur’an surah An Nur:
إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ
الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ
يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (النور ٥١)
“Sesungguhnya
jawaban orang-orang mukmin, bila mereka diminta Allah dan Rasul-Nya agar Rasul
yang mengadili (mengambil keputusan ) diantara mereka, ucapan yang muncul
hanyalah : Kami mendengar, dan kami patuh/taat”. Dan mereka itulah orang-orang
yang beruntung."
(QS. An Nur
24:Ayat 51)”.
Zahid pada hari itu merasa jiwanya melayang-layang ke angkasa dan baru
kali ini merasakan bahagia yang tiada taranya, dan segera melangkah pulang. Sampai
di masjid ia bersujud syukur. Rasulullah SAW yang mulia tersenyum melihat
gerak-gerik Zahid yang berbeda dari biasanya.
“Bagaimana Zahid?” “Alhamdulillah lamarannya diterima ya Rasulallah,”
jawab Zahid. “Apakah sudah ada persiapan?” Zahid menundukkan kepala sambil
berkata, “Ya Rasulullah, aku tidak memiliki apa-apa.”
Akhirnya Rasulullah SAW menyuruhnya pergi ke beberapa sahabat untuk
membantunya mendapatkan uang untuk menikah. Setelah mendapatkan uang yang cukup
banyak, Zahid pergi ke pasar untuk membeli perlengkapan perkawinan. Tak lama
kemudian setibanya di pasar, bersamaan itu pula ada pengumuman Jihad untuk
perang melawan orang kafir yang mau menyerang masyarakat muslim Madinah. Zahid
Mulai bingung untuk menentukan sikap, menikah atau berjuang demi Agama Allah. Akhirnya
dia mencoba kembali lagi ke masjid. Ketika Zahid sampai di masjid, dia melihat
kaum Muslimin sudah siap-siap dengan perlengkapan senjata.
Zahid bertanya, “Ada apa ini?” Sahabat menjawab, “Wahai Zahid, hari ini
orang kafir akan menghancurkan kita, apakah engkau tidak mengetahui?” Zahid
istighfar beberapa kali sambil berkata, “Wah jika begitu uang untuk menikah ini
akan aku belikan baju besi dan kuda yg terbaik, aku lebih memilih jihad bersama
Rasulullah dan menunda pernikahan ini."
Para sahabat menasihatinya, “Wahai Zahid, nanti malam kamu berbulan
madu, tetapi engkau malah hendak berperang?” Zahid menjawab dengan tegas,
“Hatiku sudah mantap untuk bersama Al Musthafa Rasulullah pergi berjihad.”
Lalu Zahid
membacakan ayat AlQur'an di hadapan sahabat Nabi:
قُلْ إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ
وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا
وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ
اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّىٰ يَأْتِيَ اللَّهُ
بِأَمْرِهِ ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ (التوبة ٢٤)
“Katakanlah,
Jika bapak -bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum kerabatmu,
harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu kuatiri kerugiannya dan
rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, itu semua lebih kamu cintai
daripada Allah dan Rasul-Nya (dengan) berjihad di jalan-Nya. Maka tunggulah
sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang fasik.” (QS. At Taubah, 9:24).
Akhirnya Zahid maju ke medan pertempuran. Dengan hebatnya beliau
bertempur, banyak dari kaum kafirin tewas di tangannya dan pada akhirnya beliau
mendapatkan syahid. Gugur demi membela agama Allah dan Rasulullah.
Peperangan telah usai, kemenangan direbut oleh Rasul dan pasukannya. Senja
yang penuh dengan keberkahan ketika Rasullullah SAW memeriksa satu persatu yang
telah gugur di jalan Allah, sebagai Syuhada Allahu azza wajalla. Nampak dari
kejauhan sosok pemuda yang bersimbah darah dengan luka bekas sasatan pedang.
Rasulullah SAW menghampiri jasad pemuda itu sambil meletakkan kepalanya
di pangkuan manusia agung ini. Habiballah memeluknya sambil menangis
tersedu-sedu, "Bukankah engkau ya Zahid yang hendak menikah malam ini
??" Tapi engkau memilih keridhaan Allah, berjihad bersamaku."
Tak lama kemudian Rasulullah tersenyum sembari memalingkan muka ke
sebelah kiri karena malu. Disebabkan karena ternyata sesosok bidadari cantik
dari Surga menjemput Ruh mulia pemuda ini, dan tak sengaja gaunnya tersingkap
hingga betisnya yang indah terlihat.
Ini yang membuat
Rasulullah malu.
Rasulullah berkata, “Hari ini Zahid berbulan madu dengan bidadari yang
lebih cantik daripada Zulfah.” Lalu Rasulullah membacakan Al-Qur’an;
وَلَا تَحْسَبَنَّ
الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا ۚ بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ
يُرْزَقُونَ * فَرِحِينَ بِمَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَيَسْتَبْشِرُونَ بِالَّذِينَ
لَمْ يَلْحَقُوا بِهِمْ مِنْ خَلْفِهِمْ أَلَّا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
(آل عمران ١٦٩ - ١٧٠)
“Janganlah kamu
mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, sejatinya mereka
itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki. Mereka dalam keadaan bahagia
disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang
hati terhadap orang-orang yang masih tinggal dibelakang yang belum menyusul
mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati." (QS. Ali Imran, 3:169-170).
Pada saat itulah para sahabat meneteskan air mata, dan Zulfah pun
berkata, “Ya Allah, alangkah bahagianya calon suamiku itu, jika aku tidak dapat
mendampinginya di dunia, maka izinkanlah aku mendampinginya di akhirat.”(Sumber:Netizen)
Semoga bermanfa'at amiin…
No comments