Kadis Pariwisata Dinilai Kasar, Pedagang Minta Walikota " Bina
Kotabima,Kabaroposisi--Kadis Pariwisata Kota Bima, banyak menuai kecaman dan protes dari pedagang. Para pedagang yang ada di sebelah timur Pantai Lawata yang terletak di Kelurahan Dara, Kecamatan Rasanae Timur, Kota Bima menilai cara Kadis saat mengunjungi mereka sangat sombong dan kasar cara bicaranya,sehingga Pak Lutfi( Walikota Bima) harus membina," terang Sunarti.
Kata dia,seorang pejabat adalah pelayan bukan menjadi raja kecil di mata masyarakat. Ulahnya saat mengunjungi lokasi kami terlihat kasar dan angkuh," katanya.
Lain halnya Nurlaila menceritakan beberapa persoalan atas sikap Kadis Pariwisata dalam menata tempat pariwisata andalan di Kota Bima ini. Sebelumnya, saat memberikan pengarahan kepada para pedagang, Kadis ini tak segan-segan menuding dan menuduh para pedagang yang kotor dalam mengais rezeki di dalam kawasan tempat wisata ini.
Bahkan, kata dia, Senin, 20 Agustus 2019 (kemarin, red), saat Ibu Kadis ingin memasang lampion di sebelah timur kawasan pantai, kebetulan masih ada pembeli yang duduk di tempat duduk yang ada payungnya. Saat itu, Ibu Kadis perintakan agar semua payung-payung diturunkan, karena masih ada pembeli, keinginannya tidak langsung dituruti.
Selain itu, sambung dia, nada ucapan Kadis Pariwisara terhadap para pedagang yang menyebut dasar dou kampo (orang kampungan, red), sangat melukai hati para pedagang.
"Saat Kadis minta diturunkan payung, padahal masih ada pembeli. Bukan hanya "dou kampo" sebutan Ibu Kadis yang merendahkan kami. Ibu itu pun mencemooh para pedagang dengan sebutan 'dasar kambing'. Tentu saja, nada bicara Ibu Kadis yang menghina keberadaan kami sangat disesalkan. Padahal, kami di sini atas restu Wali Kota Bima untuk berjualan di dalam sini," jelas Nurlailah kepada media ini, Selasa (21/8/2019) pagi ini.
Diakuinya, penataan Lawata saat ini, kabarnya akan ada Festival yang akan digelar dalam waktu dekat ini. Dan semua pedagang, diperintahkan oleh Ibu Kadis untuk membersihkan semua lokasi yang ada di Pantai Lawata termasuk pembersihan di kawasan pegunungan yang ada di lingkungan Pantai Lawata ini.
"Keinginannya ini tentu tidak mudah kami indahkan. Dan sebelumnya, sudah ada petugas kebersihan dengan SK dan gaji sebesar Rp350 ribu per bulan. Tapi, oleh Kadis diberhentikan semua, dengan alasan tidak ada lagi anggaran sebutnya," ungkap pemilik akun Facebook Nurlailah Bima itu.
Dia menambahkan, keadaan di Pantai Lawata sekarang, tepat pintu gerbang tempat dia dan sepuluh pedagang lainnya berjualan sudah di tutup sejak pagi tadi dengan turunnya aparat keamanan. Dan hanya pintu di sebelah barat yang dibuka. Dan kondisi ini, tentu sangat merugikan para pedagang yang ada di kawasan timur pantai.
"Atas kondisi ini, kami sedang berkumpul sekarang dan rencananya akan menghadap Sekda dan juga mengadu ke DPRD Kota Bima atas perlakuan Kadis Pariwisata di tengah setiap harinya kami telah membayar retribusi tanpa pemberian karcis yang besarannya Rp3.000 per harinya," jelasnya.
Ia menegaskan dan berharap kepada Wali Kota Bima untuk membina ulang Plh Kadis Pariwisata Kota Bima yang telah menghina masyarakat khususnya PKL di Lawata.
"Ko' masyarakat dibilang kaya binatang (bune mbe.e/seperti kambing), kampungan... mpoka patalo.... (tak berpendidikan, red). Apa titelmu Ibu, kita ini sama sarjana, sama sekolah. Semua anggota PKL tidak terima apa yang beliau hinakan pada kami dengan caranya yang sombong dan kasar itu," terangnya.
Di sisi lainnya, hingga berita ini diturunkan Kadis Pariwisata yang dikonfirmasi lewat pesan WhatsApp-nya, terlihat laporan terbaca pesan yang terkirim, namun enggan memberikan tanggapannya atas kondisi ini.(koo3)
No comments