KONSEP "BIMA RAMAH" HANYALAH ILUSI BUKAN SOLUSI
foto:Gufran S.Pd |
Oleh: Fran Prabu Revolusi
Bima,Kabaroposisi--Tolak ukur suksesnya kepemimpinan seseorang adalah mampu mensejahterakan rakyatnya. Seorang rakyat berteriak demi sebuah keadilan, mengharapkan terealisasinya janji sang pemimpin terpilih.
Bupati Bima Miskin Nurani,Bupati Bima Gagal dalam Memimpin.Ini bukan teriakan karna atas dasar kepentingan politik atau karena benci dengan sosok Indah Dapayanti Putri (IDP) sebagai Bupati Bima. Melainkan murni atas kekecewaan Rakyat terhadap kinerja Bupati Bima yg seolah jauh dari kata adil.
Sejak dilantiknya IDP-DAHLAN sebagai pemegang kekuasaan di wilayah Kabupaten Bima sejak itulah rakyat terus berteriak menagih janji yg pernah ditawarkannya disaat menjadi salah satu kontestasi Politik. Konsep "BIMA RAMAH" yang merupakan visi utamanya sekaligus janji yang harus diwujudkan, rupanya itu hanyalah taktik untuk meraih dukungan belaka.
Fakta demi fakta terus menguak dengan adanya problematika yg terjadi di wilayah Kecamatan Madapangga. Contoh kasus kelangkaan Air Bersih seperti yang dialami warga masyarakat di Desa Rade pada saat ini. Polemik kelangkaan Air bersih ini kerap melanda masyarakat Desa Rade hampir setiap musim kemarau tiba. Namun peraoalan itu belum terpecahkan hingga dibiarkan berlarut-larut. Dengan kejadian itu Bupati Bima seakan sedang mengkonfirmasi atas kegagalannya sebagai pemangku kebijakan dengan slogan "BIMA RAMAH".
Alasan yang mendasar adalah Bupati Bima kurang berinteraksi dengan masyarakat Madapangga. Sehingga setiap persoalan yang ada selalu terjadi miss komunikasi antara Masyarakat dengan Pemerintah.
Tentu terjadi karena kurangnya dilakukan kunjungan kerja atau blusukan seperti istilah yang santer dilakukan disaat moment politik. Bukan karna wilayahnya terpencil atau tidak memiliki akses jalan yg bagus namun ada hal lain tertentu yg menjadi alasannya, bisa jadi karena sibuk melakukan Kunjungan Kerja Keluar Daerah.
Sementara disaat moment Politik tiba, Desa Tonda yg merupakan salah satu Desa yang ada di Madapangga kerap ditempatin dan dijadikan hunian sementara disaat moment-moment politik. Jika dilihat dari masalah ini, Bupati Bima semacam tidak adil dan tidak memiliki nurani sebagai penentu kebijakan. Kenapa Kecamatan Madapangga tidak lagi menjadi tempat kunjungan seperti halnya yg pernah dilakoni oleh para pemimpin sebelumnya yg hampir setiap minggu mereka intens hadir di Madapangga. Mereka sangat dekat dengan rakyatnya, tidak pernah tebang pilih.
Sekarang kebiasaan itu tidak lagi dilakukan Bupati Bima. Hingga kasus kelangkaan Air pun tidak yg terjadi di Desa Rade belum ada solusi yg lebih optimal dari pemerintah. Entah ini merupakan bentuk marjinalisasi atau memang mata hatinya tertutup oleh kepentingan personal sehingga Bupati Bima tidak memiliki nurani sedikitpun.
Tindakan Bupati Bima pernah mendapatkan reaksi keras dari sekelompok pemuda yang ada di Desa Bolo. Saat itu, Bupati Bima tengah menghadiri acar Launching Beras Sejahtera (RASTRA) di Kaantor Bulog Desa Bolo. Reaksi secara spontanitas berlangsung ricuh hingga berujung pada pengusiran terhadap Bupati Bima bahkan hampir adu jotos dengan para pengunjung. Namun beruntungnya kejadian itu bisa dilerai oleh orang-orang yang mengaku dekat dengan Bupati Bima alias berkepentingan. Peristiwa serupa bukan hanya terjadi di Desa Bolo namun pernah terjadi di beberapa wilayah yang ada di Kabupaten Bima seperti yang dilakukan sekelompok pemuda yang melakukan penghadangan Mobil Bupati Bima pada waktu lalu yg sempat terekam kamera dan viral di media sosial.
Kejadian itu merupakan refleksi bagi Bupati Bima agar dia sadar bahwa tindakannya salah dimata rakyat. Bahkan menjadi referensi agar jabatannya segera dialihkan ke figur yang lebih layak dan adil. (Opini)
No comments