HEROISME SEJARAH PERGERAKAN PEREMPUAN DAN SPIRIT KOMITMEN PERJUANGAN IDP

Oleh: Muh. Dino
(Penulis adalah Wakil Ketua DPD II KNPI Kabupaten Bima)

Bima,KABAROPOSISI.Com--Dua peristiwa sejarah dimana kaum perempuan telah merubah arah hidupnya ditengah dominasi kaum pria yang tengah membatasi mereka dalam ruang gerak yang sangat sempit hingga kaum perempuan tersebut mengalami keterpurukan dan keterbelakangan, tidak hanya dari segi perannya, tetapi lebih dari itu, mereka kaum perempuan adalah bagian dari subordinal dari kaum pria, sikap keterbelangan mental kaum perempuan dianggap sebagai sifat bawaan yang melekat dari dirinya sebagai mahluk yang lemah dan tidak berdaya sehingga pada akhirnya mereka mengalami keterkungkungan dan keterpurukan ditengah-tengah kehidupan social mayoritas pada saat itu.

Sekitar tahun 1800-an, kaum perempuan sudah mulai bangkit dari keadaan keterpurukan, para perempuan menganggap ketertinggalan mereka disebabkan oleh kebanyakan perempuan masih buta huruf, miskin dan tidak memiliki keahlian. Karenanya gerakan perempuan awal ini lebih mengedepankan perubahan sistem sosial dimana perempuan diperbolehkan ikut memilih dalam pemilu. Tokoh-tokoh perempuan ketika itu antara lain Susan B. Anthony, Elizabeth Cady Stanton dan Marry Wollstonecraft. Bertahun-tahun mereka berjuang turun ke jalan-jalan dan sekitar 200 aktivis perempuan sempat ditahan ketika itu (Sarah Grimke, 1837).

Seratus tahun kemudian, perempuan-perempuan kelas menengah abad industrialisasi mulai menyadari kurangnya peran mereka di masyarakat. Mereka mulai keluar rumah dan mengamati banyaknya ketimpangan sosial dengan korban para perempuan. Pada saat itu benbih-benih feminsime mulai muncul, meski dibutuhkan seratus tahun lagi untuk menghadirkan seorang feminis yang dapat menulis secara teorityis tentang persoalan perempuan. 

Adalah Simone de Beauvoir, seorang filsuf Perancis yang menghasilkan karya pertama berjudul The Second Sex. Dua puluh tahun setelah kemunculan buku itu, pergerakan perempuan barat mengalami kemajuan yang pesat. Persoalan ketidakadilan seperti upah yang tidak adil, cuti haid, aborsi hingga kekerasan mulai didiskusikan secara terbuka. 
Pergerakan perempuan baik di tahun 1800-an maupun 1970-an telah membawa dampak luar biasa dalam kehidupan sehari-hari perempuan. Tetapi bukan berarti perjuangan perempuan berhenti sampai di situ. 

Wacana-wacana baru terus bermunculan hingga kini. Perjuangan perempuan adalah perjuangan tersulit dan terlama, berbeda dengan perjuangan kemerdekaan atau rasial. Musuh perempuan seringkali tidak berbentuk dan bersembunyi dalam kamar-kamar pribadi. Karenya perjuangan kesetraan perempuan tetap akan bergulir hingga kini dan dimasa-masa yang akan datang.
Di indonesia, perempuan diberikan ruang yang luar biasa dalam dalam proses interaksi social baik dari segi peran serta mereka dalam kehidupan social kemasyarakat maupun didalam kehidupan domestic rumah tangga, perempuan diindonesia tidak dipandang sebelah mata, mereka mempunyai peran strategis diberbagai linih kehidupan kemasyarakatan. Sumbangsih peran kaum perempuan mendapat tempat yang luar biasa hingga dalam proses pemilu, perempuan diberikan porsi tersendiri sebagaimana semangat mengakomodir peran-peran vital mereka didalam kehidupan social yang terbuka. Keterwakilan 30 % suara kaum perempuan pada pemili adalah bentuk nyata mengapresiasi kehidupan politik kaum perempuan.

Melihat peristiwa-peristiwa besar yang dialami oleh kaum perempuan diatas, sudah barang tentu lahir begitu saja, tampa melalui proses perjuangan yang panjang dan cukup melelahkan, pengarus-pangaruh peristiwa besar terebut sudah mengalami perkembangan yang sangat pesat diberbagai penjuru, Diindonesia misalnya, banyak pemimpin-pemimpin daerah dari kalangan perempuan, mereka sudah mendapatkan tempat untuk berperan serta dalam kegiatan-kegiatan public bahkan tidak sedikit dari mereka telah menjadi
pemimpin-pemimpin suatu wilayah atau daerah seperti halnya di Kabupten Bima. 

Perempuan pertama yang telah menjadi pemimpim dalam pemiliham kepala daerah secara langsung.   
Sebagai sosok perempuan pertama menjadi kepala daerah di kabupaten Bima, Hj. Indah Dhamayanti Putri telah menunjukan sikap peran sertanya dalam kehidupan kaum perempuan, terlebih lagi beliau telah mendapatkan ruang dihati para perempaun-perempuan di Kabupaten Bima, hal itu terbukti dengan banyaknya partisipasi perempuan dalam memberikan hak suaranya pada pilkada kabupaten Bima tahun 2015 lalu. Hj. Indah Dhamayanti Putri, SE atau biasa disebut IDP telah banyak memberikan hentakan politik bagi kaum perempuan di Bima, simbolisme perempuan telah mengakar dalam dinamika pertarungan politik, perempuan lebih konsisten dalam mewakili keterpilihanya sebagai konstituen serta mereka lebih punya magnet dalam mengajak masyarakat untuk terlibat secara aktif bukan pasif.

Disela-sela proses kepemimpinanya, IDP telah mempersembahkan sebuah penghargaan “Anugrah Parahita Ekapraya” dari kemeterian PPPA sebagai kabupaten/Kota yang memiliki komitment dan peran serta dalam mewujudkan kesetaraan dan keadilan Gender beberapa waktu yang lalu. Inilah sebuah komitment yang patut kita apresiasi, sisi lain dari peran perempuan dalam memerangi sebuah pandangan bahwa kaum perempuan adalah mahluk yang lemah dan tidak bisa menjadi seorang pemimpim. Pandangan-pandangan seperti ini adalah sisi lain yang tengah diperjuangkan oleh sosok pribadi Hj. Indah Dhamayanti Putri, SE yang sekarang tengah menjabat sebagai Bupati Bima.(***)

No comments

Powered by Blogger.