Misi Senyap Gemerlap Industrialisasi! Pilpres 2024 Vs Perampasan Hak Ribuan Anak Yatim

oleh : Joni Junaidin

Mataram,KabaroposisiNTB.Com--Kecakapan dan kepiawaian Dr. Zulkieflimansyah yang saat ini menjabat sebagai Gubernur NTB, sebagai sala satu politikus handal diakui banyak kalangan. Keterampilannya menggalang dukungan, meracik taktik dan strategi dikancah panggung perpolitikan, tak ada yang meragukan. 

Berbagai pertarungan pamungkas ia jajaki, rata rata dimenangkan. Berhasil merengkuh sejumlah jabatan pretisius., Diantaranya duduk sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI digedung Senayan Jakarta. Terakhir, pada 2018 silam, Dr. Zul dinyatakan keluar sebagai juara dan terpilih sebagai gubernur NTB.

Jika diumpamakan dalam dunia militer, Dr. Zul bukan saja seorang Perwira tangguh, terlatih dari Unit Kesatuan Khusus. Yang terampil menjalankan misi/operasi khusus, dengan kemampuan melakukan serangan mematikan dengan unsur kejutan (pendadakan) tinggi.

Beliaupun memiliki keahlian (spesialiasi), sebagai Intelijen Tempur (Combat Intelijen). Terbiasa melakukan patroli jarak jauh, tak gentar masuk kesarang atau basic pertahanan lawan. Guna memetakan, memberi tanda pada target yang bernilai strategis terpilih. Kemudian dilaporkan pada markas besar, untuk selanjutnya markas besar (Pusat Komando) utama, akan mengirim dan menerjunkan pasukan besar dalam rangka menghancurkan target yang telah ditandai. 

Kegemilangan di berbagai Palagan  Politik, mempertebal rasa percaya diri untuk meraih tujuan yang lebih besar dan menantang. Termasuk hasrat untuk tampil di pemilihan presiden/wakil presiden  (Pilpres) RI pada 2024 mendatang.  Keinginan menggapai cita cita besar nan fenomenal tersebut, tak ada yang tak mungkin jika dilandasi oleh ikhtiar yang kuat, doa dan. Mempersatukan seluruh spektrum kekuatan (akses dan jejaring di sertai kos politik), untuk di gunakan secara maksimal pada momentum krusial. 

Sebagai publik figur, pemegang tongkat komando pimpinan daerah NTB. Beliau telah memiliki segudang pengalaman saat menetap dan malang melintang di percaturan politik ibu kota Jakarta. Dr. Zul memahami betul, mana program yang layak dijual guna memperkuat dominasi, reputasi dan membumikan citra dirinya dihadapan khalayak ramai. Menggunakan media cetak/elektronik, aktif di media sosial (facebook, twitter, dll) untuk berinteraksi dengan banyak pihak dari berbgai jenis latar belakang, guna mensosialisasikan program kerja dan hal hal positif untuk menopang popularitas, demi terbukanya “Karpet Merah” pada hal yang di harapkan. 

Industrialisasi merupakan sala satu program unggulan yang dicanangkan dan tengah dilaksakan oleh gubernur Dr. Zulkieflimansyah bersama wakil gubernur NTB Hj. Siti Rohmi Djajilah. Program yang dirasa bermanfaat untuk mengangkat perekonomian warga, menjadi embrio terbukanya lapangan pekerjaan, juga sebagai sarana untuk kian memperkenalkan provinsi NTB pada publik nasional dan mancanegara. 

Banyak pihak memberikan rerspon positif dan dukungan atas upaya, kemauan kuat dari ide cemerlang pemimpin daerah, bersama seluruh ASN yang mendedikasikan dirinya untuk tugas tersebut. Namun tak sedikit pula, banyak pihak yang menuding, kalau brand Industrialisasi dengan suplai anggaran yang besar di tengah musibah wabah Covid-19 tersebut, tak sesuai dengan fakta lapangan. Oleh pihak yang kritis, program unggulan tersebut hanya menang pada sisi pencitraan, memanfaatkan jasa media mainstream untuk memblouw up secara masiv. Termasuk pengerahan tenaga para loyalis yang aktif didunia maya, jasa tenaga kontrak yang digaji di program industrialiasi, jasa para pegawai dinas terkait, atau mungkin juga para buzzer bayaran yang menunggunakan sejumlah akun palsu.

Sebagai putra daerah, penulis sangat mensuport dan mengapresiasi langkah pimpinan daerah untuk mengembangkan sektor industrialisasi. Selama hal tersebut dilandasi oleh nurani tulus, iklas demi menata masa depan NTB yang lebih cerah.  Serta tidak mengenyampingkan persoalan bersifat krusial yang tengah membelit warga, terutama yang berada dalam taraf kesusahan. 

Tanpa bermaksud lebay, dan ingin membanding bandingkan. Penulis berpikiran ada kesamaan pola (taktik) yang diterapkan oleh Dr. Zul, dengan apa yang dikonsepkan dan di terapkan oleh Presiden RI, Bapak  Jokowi Dodo, saat beliau menjadi Walikota Solo. Sesaat sebelum Jokowi, hendak maju dan mencalonkan diri menjadi gubernur DKI Jakarta bersama Basuki Cahya Purnama (Ahok) sebagai gandengannya.

Jokowi kala itu, menggaungkan mobil ESMKA yang digadang gadang sebagai produk pretisius ciptaan anak negeri (Siswa SMK) di Solo. Kita tahu, negara kita Indonesia menjadi konsumen aktif yang mengimpor banyak barang dari negara luar, utamanya mobil, otomotif.

Masivnya blouw-up media massa akan brand mobil ESMKA hasil karya anak bangsa, menjadi sala satu instrumen penting bagi Jokowi meraih kursi sebagai gubernur DKI Jakarta. Bahkan, “Tuah Keramat” mobil ESMKA pula, sala satu penentu yang sangat mendongkrak popularitas saat ia maju dan menduduki jabatan presiden RI periode pertama dan periode kedua.

Banyak yang menilai, terutama pihak oposisi (lawan politik) saat konstalasi politik Pilpres Jilid II memanas, menuding dan beranggapan kalau hingar bingar produk mobil ESMKA, tak lain sebagai instrumen politik guna mendulang suara semata.  Sedangkan fakta lapangan yang  ditelusuri oposisi, mobil karya anak negeri tersebut, diklaim sebagai produk gagal dan hasil Impor Negara lain.

Lantas apa hubungan taktik DR. ZUL dengan konsep Mobil ESMKA ala Jokowi. Menurut penulis ada kesamaan akan metode dan cara mendesain isu. Walau pikiran yang di sematkan oleh penulis akan hal ini bakal dibantah oleh Dr. Zul sendiri. Karena semua orang punya penilaian, termasuk bantahan itu sendiri 

Kalaupun DR. Zul bersama para loyalis yang menjadi Mastermind dibelakangnya, tak mengakui analisa penulis, itu tak menjadi soal. Bisa saja buah pikiran kami melenceng, dan kalaupun benar, tak ada yang salah dari pola/strategi Dr. Zul. Hal itu wajar, sah secara hukum apalagi urusan politik yang identitik panggung sandiwara. Sebagai warga NTB, tentunya ada terselip rasa bangga akan keberadaan orang asli yang satu daerah, punya keinginan untuk ikut di Pilpres. 

Namun yang menjadi persoalan, ditengah gempita program Industrialisasi dengan menggelontrokan anggaran yang besar ditengah kembang kempisnya perekonomian masyarakat NTB akibat serangan ganas wabah Covid-19. Terdapat pemandangan yang menyayat hati, melukai jiwa dan menggugah rasa kemanusian.

Sekitar Enam Ribu orang anak yatim piatu yang terdata di program Kartu Identitas Anak Yatim Piatu (KIAP), hingga kini belum mendapatkan hak mereka. Sesuai dengan apa yang telah dijanjikan dan di ucapkan oleh pemerintah (gubernur/wakil gubernur) lewat Dinas Sosial NTB.

Pada 2019 silam, sebagai ucapan syukur atas berjalannya satu tahun  kepemimpinan ZUL-ROHMI. Gubernur NTB Dr. Zulkieflimansyah secara resmi melauncing program KIAP untuk membantu ribuan anak yatim piatu yang tersebar dikabupaten kota di NTB.

Para yatim piatu, akan disalurkan bantuan lewat rekening bank NTB Syariah yang telah dibuat, diperuntukan bagi masing masing anak. Namun hingga kini, setelah dua tahun berjalan program KIAP Dinas Sosial NTB, dana yang ditunggu belum juga masuk kerekening mereka. Padahal ribuan anak anak yang nasipnya kurang beruntung, sangat berharap kepekaan dari pemerintah.(KO.O3)

No comments

Powered by Blogger.