GMNI BIMA : Dinda-Dahlan Sejarah Pemimpin Terburuk di Kabupaten Bima
by : Cahyo ( Ketua DPC GMNI Kabupaten Bima )
BIMA,KABAROPOSISINTB.Com--Tidaklah di katakan seorang pemimpin di suatu daerah jikalau tidak mampu mensejahterakan rakyat yang di pimpin. Pemerintah Kabupaten Bima keblinger dan kebingungan metode untuk melayani kebutuhan dan Ekspektasi rakyat ini yang seperti apa dan yang bagaimana.
Kerap kali rakyat, pemuda dan mahasiswa melakukan aksi Unjuk Rasa di depan kantor pemerintah daerah, itu menandakan ketidak-becusan seorang pemimpin mengatasi seluruh polemik yang bergejolak di Kabupaten Bima. Pemerintah kabupaten bima dibawah pimpinan Indah-Dahlah tercatat pemimpin paling terburuk sepanjang sejarah kepemimpinan di Kabupaten Bima.
Di sisi lain, masa-masa sekarang di tengah angka kemiskinan yang merajalela, APBD senilai Rp.1,4 Milyar di alokasikan untuk pengadaan mobil Pribadi yang maha-megah untuk kepentingan Individualistisnya ketimbang mensurvei desa-desa yang masih kekurangan aset produksinya. Dalam perihal ini menambah angka keburukan kepemimpinan Dinda-Dahlan.
Sungguh amat teralienasi rakyat di bawah pimpinan Dinda-Dahlan, rakyat butuh cinta, perhatian dan kasih sayang dari seorang pemimpinannya. Kesadaran akan seorang pemimpin itu urgent untuk gimana caranya Kabupaten Bima ini di akomodir selayaknya untuk kepentingan rakyat. Ringankan beban rakyat untuk memperhatikan Gelombang ekonominya, selama ini hanya Ritual yang di jalankan oleh pemerintah kabupaten Bima, seperti perealisasian Infrastruktur jalan. Konseptualisasi membangun ekonomi daerah serta peningkatan Komoditas Petani tidak sama sekali di wacanakan serta di eksekusi. Akibatnya terjadi "Tiba Masa, Tiba Akal"
Selama enam tahun terakhir ini, Inspirasi pemerintah kabupaten Bima untuk menata daerahnya belum sedikitpun di nampakkan di hadapan Publik. Patutlah ini menjadi tanda tanya besar bagi seluruh rakyat Kabupaten Bima. Slogan "Bima Ramah" konteks Fundamental salah satu panutan untuk rekonstruksi daerah tidak memiliki efektivitas sama sekali, Bima yang di ungkapkan "Bima Ramah" kini menjadi Bima yang di penuhi oleh Kegaduhan, pertikaian dan bahkan terjadi pertikaman di segala penjuru oleh karena konfrontasi kepetingan Belaka.
Pemimpin bukanlah semerta monoton menjadi tukang pemangang stempel akan investor asing yang berinvestasi di dalam daerah atau pemobilisasian kepentingan birokrasi semata, project seorang pemimpin itu yakni project nya memperhatikan apa saja keluh kesah rakyat yang menderita seperti sentralnya di keadaan objektif ekonomi daerah. Rakyat menjerit bukanlah irama yang tidak patuh di perhatikan, jeritan itu menandakan Instrumen Dinda-Dahlan tidak berpihak atas penderitaan rakyat.
Hakekatnya, kerap kali aspirasi atau kritikan tertuju pada pemimpin adalah sepatah cambukan untuk membenahi/mengoreksi tak-tik Kepemimpinan. Sejarah kepemimpinan Dinda-Dahlan adalah sejarah rekonstruksi ekonomi Imperium megah yang berkedok kandang ayam, bukan sejarah kepemimpinan yang peka terhadap yang melarat.(RED,KO.O1)
No comments