Milenial Anti Teror Ingatkan Masyarakat Waspadai Aksi Teror Menjelang Tahun Politik
JAKARTA,KabaroposisiNTB.Com--Aksi teror merupakan kejahatan luar biasa yang harus dimusnahkan di Indonesia. Pasalnya, kejahatan teror ini sangat meresahkan masyarakat.
Di Indonesia sendiri, aksi teror masih kerab terjadi. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya penangkapan terduga teroris diberbagai daerah dalam beberapa bulan terakhir. Seperti di Sumatera Selatan, Jambi, Riau hingga Lumajang. Belum lagi ledakan yang sudah terjadi di wilayah Sukoharjo.
Koordinator Milenial Antiteror, Joni Satriawan, mengatakan bahwa aksi teror harus diwaspadai menjelang masuknya tahun politik 2024. Sebab, teror ini sangat mengganggu kondusifitas nasional.
Menurutnya, aksi teror kerab terjadi dibeberapa negara menjelang masuknya tahun politik. Dicontohkan, ledakan bom di Pakistan terjadi saat kampanye politik.
Bom bunuh diri juga terjadi disebuah kantor registrasi pemilih di Afghanistan pada 2018 lalu. Kemudian dibeberpa negara lain, seperti AS hingga Filipina.
Ledakan bom menjelang pemilu juga pernah terjadi di Indonesia. Ada bom Sibolga Sumarea Utara hingga Surabaya dan Sidoarjo di Jawa Timur
Joni juga menyorot terkait penangkapan Suhardin dan Aksar di Sulawesi Tengah. Keduanya merupakan bagian dari kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT).
Meski Aksar disebut sebagai DPO terakhir yang berhasil ditangkap oleh Densus 88 Antiteror Polri, namun ada dua kumungkinan yang patut untuk diwaspadai.
Pertama, jejaring kelompok ini tengah menyebar ke beberapa daerah lain. Kedua, mereka sudah memiliki generasi yang telah disiapkan untuk menyebar teror dikemudian hari.
Selain itu, Joni juga menyinggung terkait radikalisme yang telah masuk ke dalam institusi perguruan tinggi. Menurutnya, hal ini harus menjadi perhatian serius semua pihak terkait.
"Yang paling bahaya karena ini (radikalisme, red) sudah merambah mahasiswa,"kata Joni yang juga aktif sebagai Wasekjend PB PMII kepada media ini, Selasa (25/10/2022).
Dalam menangkal radikalsime di kelompok mahasiswa, harus ada langkah strategis pencegahan. Jangan sampai radikalisme itu menggurita di kelompok mahasiswa. Sebab, potensinya sudah nyata terlihat.
Dia mengutip data terakhir dari Alvara Research Center di 25 perguruan tinggi unggulan. Terdapat 23,4% mahasiswa dari 1.800 responden, menyatakan siap berjihad untuk menegakkan negara islam atau khillafah.
Menurut Joni, hal tersebut sangat berbahaya. Sebab, mereka adalah mahasiswa yang notabene generasi penerus bangsa.
"Mahasiswa adalah kaum intelektual, penerus estafet kepemimpinan bangsa. Kalau mahasiswa terpapar radikalisme, mau jadi apa NKRI ini ke depan. Untuk itu mari semua pihak terkait bersama-sama kami lawan radikalisme. Lindungi generasi muda dengan strategi pencegahan yang tepat,"ajaknya.(RED).
No comments